- Back to Home »
- Cerita Rakyat Jawa Tengah »
- Cerita Rakyat Tentang Aji Saka
Posted by : Unknown
Senin, 07 Maret 2016
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu ada seorang raja yang
bernama Dewata Cengkar yang memiliki sebuah kerajaan yang disebut dengan
Kerajaan Medhangkamulan. Raja tersebut sangat terkenal dengan sebutan Prabu Dewata Cengkar.
Raja Dewata Cengkar ini merupakan raja
yang begitu bengis, rakus, tamak dan suka memakan daging manusia. Karena
ia gemar memakan daging manusia, maka rakyatnyapun harus memberikan
upeti kepadanya berbentuk manusia.
Mendengar kebiasaan sang raja tersebut, seorang pengembara hendak menghentikannya. Pengembara itu bernama Aji Saka. Aji Saka memiliki abdi 2 orang yang begitu setia bernama Sembada dan Dora. Dalam perjalanannya ke sang Raja, Aji Saka hanya membawa Dora sedangkan Sembada diperintahkan untuk menjaga pusaka yang sangat sakti miliknya, Aji Saka meminta untuk tidak mmemberikan pusaka itu kesiapapun kecuali kepadanya (Aji Saka)
Beberapa hari kemudian, Aji Saka
pun sampai di Kerajaan. Kerajaan itu keadaannya sangat sepi rakyatnya
tidak mau keluar rumah karena takut akan dijadikan santpan sang Raja.
Aji Saka pun dengan segera menuju ke Istana dan menjumpai patih dan dia
berkata kalau dirinya menyerahkan dirinya untuk dijadikan santapan Sang Raja Dewata Cengkar.
Beberapa hari kemudian, tibalah di hari Aji Saka
akan di makan oleh Sang Raja. Sebelum sang Raja menyantap daging
manusia, ia selalu mengabulkan satu permintaan calon korban. Dan Aji Saka
pun meminta tanah seluas syurban kepalanya. Mendengar permintaan
tersebut sang Raja pun tertawa terbahak dan menyetujuinya dengan segera.
Kain syurban Aji Saka pun di buka. Aji Saka memegang ujung Syurbannya dan Prabu Dewata Cengker
memegang ujung satunya lagi. Aneh memang, ternyata syurban Aji Saka tak
hanya sekedar syurban ternyata syurbannya itu dapat terus memanjang
sehingga sang Rajapun terus mundur untuk menemukan ujung syurbannya itu.
Ketika sang Raja terus berjalan mundur, sampailah sang Raja ke tepi
pantai selatan. Ketika sang Raja sampai di tepi, Aji Saka pun dengan seketika mengibaskan syurbannya hingga sang Rajapun terbungkus oleh syurbannya, Aji Saka
pun langsung menendang sang Raja sehingga terjebur ke lautan. Dengan
seketika juga tubuh sang Rajapun berubah menjadi seekor buaya putih.
“karena kau sering memakan daging
manusia, maka pantaslah kau menjadi seekor buaya, dan tempat yang cocok
untuk seekor buaya adalah di laut”. Itulah ucapan Aji Saka pada sang Raja yang sudah menjadi seekor buaya.
Sejak saat itulah, kerajaanpun di pimpin oleh Aji Saka, seorang raja yang begitu bijaksana. Namun Aji Saka pun teringat pada pusaka saktinya dan meminta Dora untuk mengambilnya. Akan tetapi pertarunganpun terjadi antara Dora dan Sembada karena sembada tidak mau memberikannya pada Dora karena ingat perkataan Aji Saka kalau hanya kepadanyalah ia harus memberikan pusaka itu. Karena keduanya memiliki kesaktian yang seimbang, maka Sembada dan Dora meninggal secara bersamaan.
Aji Saka pun segera menyusul Dora karena teringat pesannya kepada Sembada, namun ketika Aji Saka sampai di tempat kedua abdinya yang setia itu sudah dalam keadaan meninggal dunia. Aji Saka pun mengabadikan sebuah aksara untuk mengenang keduanya:
Ha Na Ca Ra Ka (ono utusan= ada utusan)
Da Ta Saw A La (padha kekerangan= saling berkelahi)
Pa Da Ja Ya Nya (padha digdayane= sama saktinya)
Ma Ga Bat Ha Nga (padha nyunggi bathange= saling berpangku saat meninggal)